bak nagari dongeng

     Tempat itu sudah lebih lama, jauh sebelum adanya Karesidenan Besuki. Pejajaran pegunungan yang lereng kakinya hanya beberapa kilometer dari pantai utara. Jauh dari pusat kerajaan Majapahit. Diapit dua gunung gagah, Raung dan Semeru yang terkenal Puncak para Dewa-nya.
     Rengganis. Dewi Rengganis. Nama yang indah bukan? Lelaki mana yang tidak kesemsem melihatnya. Putri cantik nan jelita, salah seorang calon penerus tahta Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit. Kala itu kerajaan sudah tidak dimasa kejayaannya, kericuhan terjadi dimana-mana bersamaan dengan masuknya Islam ke nusantara. 
     Sang putri melarikan diri ke tempat itu bersama dayang-dayangnya yang tak kalah rupa. Diawal perjalanan ia terheran-heran sambil kegirangan. Bagaimana tidak, ditempat itu dia menjumpai belasan lebih sabana, saking bahagianya ia berlari-lari, berguling-guling dan hal-hal lain yang tidak bisa ia lakukan di istana. Hal itu membuat beberapa dayangnya panik karena sang putri masih memakai busana kerajaan yang megah, tapi sebagian lainnya merasakan hal yang sama seperti tuan putri.
     Sampai satu saat ia kelelahan namun tetap meneruskan perjalannya. Lelah berjalan kaki sang bangsawan pun menyibakan selendangnya dan terbanglah ia melewati beberapa tanjakan curam. Rasa lelah itu seketika sirna, tatkala dilihatnya sungai cukup besar yang ditumbuhi selada air di tepiannya. Sungai itu tenang dan sangat jernih, alirannya pun mengalir sampai ke hati Rengganis yang gelisah. Awalnya ia hanya ingin meminum air saja, namun tak kuasa menahan hasratnya untuk membersihkan diri. Ia pun mandi dan diikuti dayangnya ditempat terpisah. Puas bermain air-ria, ia meninggalkan tempat itu dengan wajah berseri. 
     Setelah menyebrangi sungai, dikejutkan pula ia saat melihat sebuah sabana maha luas membentang seperti Kasur raksasa. Sore itu, didapatilah sekumpulan hewan dan bunga pegunungan dan yang paling menakjubkan ialah bentangan sayap merak jantan ditemani bunga-bunga indah dengan warna sepadan. "Maha indah Dia yang melukiskan ini!" katanya. Karena telah jatuh hati pada Cikasur, ia berniat bermalam ditempat ini.
     Malam harinya ia pun merasa ditusuk-tusuk angin tapi rasa itu kalah oleh siraman cahaya rembulan, titik-titik bintang, dan ratusan kunang-kunang. Kali pertama ini lah malam yang sangat ia dambakan saat jauh dari peradaban. Hingga akhirnya ia tertidur lelap dalam pelukan ilalang.
     Sang fajar mulai mengintip diantara celah dua bukit, timur dari tempat ia terlelap. Kicau burung menemani bangunnya sang Dewi dan dayang. Perutnya pun menimbulkan nada-nada pemecah hening. Ia membutuhkan makanan, tapi ia tak tega memakan binatang karena ingin tetap melihat mereka semua saat berkunjung lagi. Akhirnya ia hanya memakan sari pati bunga. Jadilah sepanjang jalan ia hanya memakan itu. Hal itu membuat ia semakin sempurna dengan harum semerbak.
     Jalan menanjak pun akhirnya sampai diujung. Tempat tertinggi pun telah ia capai. Karena sangat cinta dengan pegunungan ini, ia berniat untuk mendirikan sebuah istana sendiri. Namun puncak ini terlalu sempit untuk mendirikan bangunan. Setelah mencari-cari ia menemukan tempat yang menurutnya sangat cocok, puncak lain.
     Puncak itu cukup luas dan terbuka. Tempat yang sangat dia idam-idamkan karena ia sangat menyukai cahaya ketika sang surya terbit. Di tempat ini ia bersama dayangnya mendirikan sebuah istana untuk berteduh, petilasan untuk dirinya, dan taman bunga untuk mempercantik sekaligus sumber makanannya. Tempat ini ia namakan Puncak Rengganis.
Bertahun-tahun ia hanya mondar-mandir Puncak Rengganis-Cikasur. Hingga satu saat ia bosan dan ingin menjelajah tempat yang belum ia ketahui. 
     Berhari-hari ia berjalan tanpa tujuan, hanya matahari saja sebagai petunjuk arah. Disebuah turunan ia melihat ada pantulan kilau yang membuatnya takjub. Karena semakin penasaran ia terbang, padahal hal itu sudah lama tidak ia lakukan semenjak ia disini. "Danau!" teriaknya. Ia pun mempercepat gerakannya, sampai dayangnya jauh tertinggal dibelakang. Di danau itu terlihat banyak hewan sedang minum, yang memang terlihat sangat segar.
     Tanpa perkenalan diri, sang Dewi langsung meluncur dari ketinggian. Masih memakai busana kebesarannya. Ia saat ini sudah di air bersama ikan-ikan. Jika di Cikasur ia hanya bisa untuk mandi. Disini ia bisa berenang! Raut wajah yang sama saat pertama kali ke pegunungan ini kembali terlihat. Wajar para dayang ikut bahagia, sebab mereka tidak pernah melihat senyum itu lagi. Karena sumber air ini menghidupkan banyak kehidupan, maka ia menamakannya Danau Taman Hidup.
     Sang Dewi tidak pernah merasa kesepian tanpa buaian lelaki sebab ia selalu dijaga oleh Dia yang Maha Penyayang nan Lembut. Lengkap sudah Pengembaraannya, mendirikan sebuah istana tertinggi, memiliki banyak pemandian yang ditemani hewan-hewan dan bunga indah, serta semesta yang selalu baik kepadanya. Ia tidak akan kembali ke peradaban, tak akan. Karena dia sudah cinta akan semua yang Dia berikan.

     Ohh Argopuro, bak negeri dongeng saja......


Sedikit cerita dari negeri dongeng Suaka Marga Pegunungan Hyang Timur
catatan : lensa kamera tak sesempurna lensa pemberianNya

Sang anggun diantara yang harum















Sungai Cikasur kala maghrib
Bekas lanud kolonial, Sabana Cikasur
Tersengat menyengat, Jancukan
Hello gank!
















Simpang puncak, Sabana Lonceng


Sisa-sisa kerajaan tertinggi, Puncak Rengganis






























Pemandian tersayang, Danau Taman Hidup



This entry was posted in . Bookmark the permalink.

2 Responses so far.